Ibnu Jarir Al Thabari

Ibnu Jarir Al Thabari

- in Tokoh
8427
0

Dituduh Syiah

Perjalanan karir Al Thabari tidak semulus yang dibayangkan. Ia pernah dituding sebagai penganut Syiah, atau setidaknya ‘berbau Syiah’ (Tasyasyu’) lantaran sejumlah karyanya yang dinilai membela Ahlu Bait. Sebenarnya, tuduhan Syiah terhadap sejumlah ulama Sunni di masa klasik bukan hanya terjadi Al Thabari saja, ulama lain seperti Imam Al Baihaqi penyusun kitab hadits Al Mustadrak pun pernah mengalaminya.

Salah satu karya Al Thabari yang cukup kontroversial hingga membuatnya dituduh Syiah adalah kitab Fadlail ‘Ali ibn Abi Thalib. Kitab ini berisi pandangan dan hadits yang berisi keistimewaan dari sahabat Ali dan kebenaran hadits Ghadir Khum. Kelompok Syiah meyakini bahwa peristiwa Ghadir Khum adalah momen saat Nabi melimpahkan kewenangan kekhalifahan kepada Ali.

Tuduhan ‘berbau Syiah’ kepada Al Thabari tak berhenti di periode klasik saja. Mohammed Arkoun, seorang cendikiawan Muslim kontemporer berkesimpulan bahwa Al Thabari adalah penganut Zaidiyah, salah satu sekte Syiah. Menurut Arkoun upaya Al Thabari membicarakan sengketa madzhab pada zamannya hanyalah kamuflase untuk memuluskan paham keagamaan yang ia anut (Syiah). Arkoun melihat kecenderungan pemikiran Al Thabari lebih dekat pada Syiah Zaidiyah yang cenderung mempersalahkan Bani Umayyah, Bani Abbasiah, dan Syiah politis.

Tuduhan Arkoun di atas berawal dari asumsi sosial-politik yang berkembang saat itu. Dimana pasca runtuhnya Mu’tazilah sebagai ideologi keagamaan resmi negara, para oposan keagamaan mendapatkan momentum berebut pengaruh. Disisi lain, dinasti Abbasiah tengah menghadapi gangguan dari oposan politik. Dengan demikian Arkoun menuding Al Thabari memanfaatkan situasi untuk menjadikan Syiah Zaidiyah sebagai madzhab resmi negara.

Namun demikian, ulama Sunnah tetap meyakini bahwa Al Thabari merupakan salah seorang ulama besar yang berpegang teguh pada prinsip Ahlussunnah wal Jamaah. Kesyiahannya hingga kini belum pernah terbukti kebenarannya. Sikap Al Thabari yang berupaya membangun sendiri madzhab pemikirannya, yang pernah dikenal dengan nama Madzhab Jaririyah, diyakini murni berdasarkan kapasitas keilmuan mumpuni (mujtahid). Para ulama berbagai kelompok besar umat Islam, Sunni dan Syiah, masih menjadikan karya-karya Al Thabari sebagai rujukan utama hingga saat ini.

Belajar dari tuduhan Syiah pada Al Thabari, nampaknya model tuduhan seperti itu masih belum hilang dari tradisi Muslim. Lebih dari seribu tahun paska wafatnya Al Thabari, sejumlah ulama maupun komunitas keagamaan dituding Syiah lantaran memiliki paham berbeda dengan sekelompok kecil gerakan Islam. Meskipun, layaknya sebuah tuduhan, kesyiahan para tokoh yang dituduhkan tidak pernah terbukti secara nyata.

Sebut saja misalnya nama Quraish Shihab, seorang pakar tafsir Indonesia, yang dituduh Syiah lantaran menerbitkan bukunya yang mengajak agar Sunni dan Syiah bergandengan tangan. Demikian pula dengan nama sejumlah ulama NU yang seperti Said Aqil Siradj yang dituduh Syiah lantaran berpendapat ‘meski teologi Syiah tidak sama, tapi mereka harus dilindungi dari tindak kekerasan’.

Bahkan, Habib Riziq Shihab, yang dikenal keras dalam dakwah FPI-nya dituduh Syiah lantaran secara akademis ia pernah mengungkap sejarah Syiah beserta pembagian sekte-sektenya dalam sejarah kaum Muslim. Padahal tokoh-tokoh tersebut dikenal sebagai ulama yang saban hari bicara soal teologi Ahlussunnah. Jika demikian, tidak salah jika tudingan Syiah dianggap terlalu politis dan hanya digunakan sebagai alat untuk memojokkan pemikiran orang lain. Atau tudingan ini hanya untuk menebar kebencian di tengah masyarakat Muslim. Semoga tidak terjadi lagi!

Facebook Comments